Friday, September 23, 2011

waktu itulah sang guru




Only time will tell. Only time will heal.

Waktu. Sedemikian penting dan berharganya hingga hanya waktu yang dapat membuktikan kebenaran maupun yang dapat menyembuhkan luka.

Waktu tidak hanya sekadar pagi, siang, sore dan malam. Waktu tidak hanya kmarin, hari ini dan esok. Waktu tidak hanya sekadar dulu, sekarang, dan nanti. Begitu juga waktu tidaknya eight to five dan after office hours.

Kesemua itu yang manusia jalani hanyalah fisiknya. Manusia cenderung melupakan esensinya. Tanpa menyadari bahwa argometer kehidupan terus berjalan. Gurat keriput wajah, semakin lemahnya fisik karena kelelahan menjadi buktinya. Zaman yang berubah juga menjadi buktinya.

Sadarkah bahwa semakin waktu terus berjalan, umur juga terus bertambah, dan waktu kita hidup di dunia pun semakin berkurang?

Yang paling kasihan adalah mereka yang tidak pernah belajar untuk beradaptasi dengan segala perubahan di depan mata.mereka yang tidak pernah belajar dari segala cobaan yang memberatkan. Mereka yang tidak pernah belajar untuk mencari solusi dari setiap masalah. 

Padahal Allah mengajak kita untuk menghargai waktu. Ingatkah kita pada ultimatum-Nya, “Demi masa?”
Banyak cara yang dapat dipakai untuk menghargai waktu. Salah satunya adalah dengan belajar. Ingatkah sabda junjungan kita, Nabi Muhammad SAW untuk menuntut ilmu sampai ke negeri Cina? Itulah ajakan beliau. Karena sesungguhnya, salah satu kelemahan manusia adalah cepat puas. Merasa dirinya paling pintar, paling cerdas. Padahal sudah jelas. Batas waktu untuk menuntut ilmu adalah sampai detik mengembuskan nafas terakhir.

Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban. Yang paling bermakna darinya adalah proses pencarian kebenaran yang kemudian berlabuh pada keyakinan akan kuasa-Nya. Proses inilah yang kemudian menjadi basis dari berkeyakinan. Basis untuk mempertebal keimanan. Semakin kita dekat dengan kebenaran, semakin kita merasa dekat dan mencintai-Nya, semakin yakin akan adanya tangan-tangan Tuhan yang menggerakkan, serta semakin bisa menerima kenyataan yang putih dan yang hitam, yang membahagiakan maupun yang menorah luka dan semakin ingin menyempurnakan ibadah. Itulah nafas habluminallah.

Cara lain yang sama pentingnya adalah mengaplikasikan ilmu itu sendiri. Bagaimana ilmu yang telah dipelajari itu dapat bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, maupun alam semesta. Apalagi sesungguhnya, sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya. Sebaik-baiknya orang adalah orang yang selalu menebarkan wajah dan hati surgawi kepada dunia, serta menularkan semangat kemanusiaan dan keadilan. Itulah nafas habluminannas.

Keduanya dijalankan secara berkesinambungan. A never ending cycle…dari waktu ke waktu. Itulah yang membuat hidup kita pun menjadi kian bermakna. Itulah inti dari kehidupan. Gunakanlah waktu dengan bijak. Karena waktu itulah sang guru.

bertemu jodoh

Suatu hari saya pernah diminta seorang narasumber untuk bertemu dengannya di stasiun TV di daerah Kedoya, Jakarta Barat. Suatu perminta...

© the mind reads, the heart speaks
Maira Gall