Monday, November 14, 2011

pencipta ketidaknyamanan tanpa sadar

siang itu terik sekali. angin dari alat pendingin restoran itu pun tidak terasa berdesir. kami, para pelanggan setia, rela mengantri demi kebutuhan perut yang tengah berbunyi. dan ada seorang bapak-bapak yang dengan galaknya menjawab telepon di ujung sana. saya yakin, dalam hitungan 30 detik, telepon itu akan dibantingnya.

kami hanya dengan pasrahnya mendengarkan segala unek-unek si bapak-bapak itu. alhamdulillah, telepon itu tidak dibantingnya.tetapi kami semua mengetahui masalah yang sedang dihadapi bapak-bapak itu.

saya pun bertanya-tanya apakah bapak-bapak itu marah dalam keadaan sadar? sadarkah ia masalahnya diketahui banyak orang? sadarkan ia kemarahannya mengganggu segenap pengantri?

pastinya ia tidak sadar. persis dengan perilaku kebanyakan orang yang menceritakan segala masalah yang dihadapinya dalam kotak status Facebook, yang seharusnya dipergunakan untuk melaporkan kejadian terkini dari seseorang, untuk berbagi kejadian lucu yang bisa membuat orang lain terhibur, ataupun segala sesuatu yang baik disyiarkan.

ada yang berkisah suaminya sudah lama tidak membelai rambutnya. ada pula yang berkeluh kesah tidak punya uang. ada pula yang dengan bangganya pamer membeli mobil baru.

rasanya mulut ini ingin berteriak who cares? siapa yang peduli? seharusnya masalah rumah tangga ditutup rapat-rapat. apabila ingin curhat, ceritakan pada sahabat terdekat atau psikolog kepercayaan untuk mendapatkan solusinya. seharusnya masalah keuangan segera dicarikan solusinya. seharusnya kepemilikan mobil baru disyukuri dengan memanjatkan doa pada-Nya agar mobil baru itu menjadi alat untuk mencari nafkah yang halal dan berkah. bukan menjadi bahan pamer.

orang-orang itu tak sadar bahwa ratusan pasang mata teman-temannya yang masuk dalam daftar teman situs pertemanan ini membaca apa yang ia kemukakan. orang-orang itu tak sadar telah membuat ratusan teman-temannya merasa risih.

mungkin empati itu sulit sekali dilakukan. hanya sedikit orang mau membayangkan diri berada di sepatu orang lain.saya juga dulu pernah curhat di status tersebut. dan saya melakukannya tanpa sadar. namun setelah saya melihat teman-teman melakukan hal yang serupa, perasaan yang hadir bukannya rasa iba, melainkan risih bukan kepalang.

memang sulit untuk mengendalikan amarah dan hawa nafsu lainnya. apabila marah ini ditahan, dada terasa sesak. rasanya ingin diluapkan saja. tetapi mungkin ini bisa terjadi apabila seseorang sedang sendirian. sungguh meluapkan amarah di depan anggota keluarga ataupun publik membuat ketidaknyamanan. jangan sampai diri ini dapat sebutan pencipta ketidaknyamanan tanpa sadar.

kata orang bijak, untuk bisa menahan diri agar tidak meledak, seketika ingatlah Allah. ucapkan astaghfirullah. lalu berzikir dan berzikir. insya Allah amarah itu menghilang seketika. seandainya saya bisa beritahu si bapak itu. seandainya si bapak itu bisa membaca pikiran saya.

"selamat siang, mau pesan apa, Mbak?" lamunan itu buyar. tanpa disadari saya sudah berada di antrian paling depan. dan sungguh batin ini mendadak sejuk melihat senyum mengembang dari wajah pelayan. alhamdulillah. ternyata masih ada senyum tulus di wajah manusia.





bertemu jodoh

Suatu hari saya pernah diminta seorang narasumber untuk bertemu dengannya di stasiun TV di daerah Kedoya, Jakarta Barat. Suatu perminta...

© the mind reads, the heart speaks
Maira Gall