Saturday, October 20, 2012

kisah pak sopir taksi yang budiman

Mau tahu seluk beluk Jakarta? Tanyakan kepada pak Sopir taksi yang budiman.

Suatu sore di hari Jumat saya harus pergi untuk meliput satu acara di sebuah mal terkemuka di Senayan. Dalam benak ini, sudah terbayang jalanan yang supermacet. Karena perjalanan dari Pasar Minggu hingga Senayan harus melewati beberapa ruas jalan besar yang dipenuhi ratusan mobil hingga motor. Atas alasan ini, earphone dan handphone berisi lagu-lagu favorit wajib dibawa. Simply saya tidak ingin bete.

Perlu diketahui, bagi orang yang tinggal di Jakarta yang pengguna jalan raya, hari Jumat sore lebih terasa seperti ketiban musibah ketimbang berkah. Bagaimana tidak? Berkendara dengan jarak 3 km yang hanya ditempuh selama 10 menit bisa menjadi 60 menit. Tiba-tiba saja ratusan mobil berbaris rapi tak berdaya, bergerak sedikit-sedikit. Sedan maupun jip mewah sama nasibnya dengan bus-bus. Kekuatan kendaraan bermotor untuk berlari kencang tak bisa dirasakan di kota Jakarta Raya ini di hari itu. Ratusan motor mengalir bagai air, merembes ke satu sisi ke sisi lain dengan lincahnya tapi bisa membuat hati pejalan kaki maupun pengendara mobil menjadi pilu.

Keadaan ini sangat berbeda dengan yang dialami oleh orang-orang yang tinggal di kampung halaman saya, Pekalongan. Bagi mereka Jumat adalah hari libur yang penuh berkah. Bahkan nenek saya pernah bercerita di kota Batik ada kisah seorang penarik becak yang tidak memunguti bayaran dari orang yang ditumpanginya setiap hari Jumat. Bayangkan. Penarik becak. Bukan pejabat, pengacara maupun dokter. Alasannya, ia hanya ingin mendapat berkah yang luar biasa dari Allah di hari yang spesial bagi umat Islam.

Kembali ke Jakarta. Tepatnya di jalan Gatot Subroto, dimana lalu lintas sedang berhenti...ti. Saya memutuskan untuk tidak menelusuri perasaan kesal. Because my happiness is my responsibility. Jadi, lebih baik menikmati sesuatu yang lebih menyenangkan ketimbang mengutuk keadaan.

Ketika tangan ini hendak memasang earphone ke lubang telinga, pak Sopir tiba-tiba menegur. Batin ini sempat kesal. Saya sedang tidak mood mendengar ocehannya. Namun, apa daya, sepertinya pak Sopir butuh teman untuk mendengarkan kisahnya.

Baiklah. Diri ini akhirnya mengurungkan niat untuk mendengarkan lagu-lagu favorit dan memasang telinga untuk mendengarnya.

Kisah pertamanya adalah perasaan leganya akan keberadaan tubuh ini yang duduk di jok belakang. Katanya, saya ini penglaris. Baru sore ini ada penumpang di mobil yang dikendarainya setelah mondar-mandir se-Jakarta Selatan sejak siang.

Kisah kedua. Pak Sopir pernah ditumpangi seorang perempuan yang berbaju daster. Menurutnya, sepertinya perempuan itu tengah "depresi." Perempuan itu bercerita ngalor ngidul. Sesampainya di tempat yang diinginkan, perempuan itu tidak membayar pak Sopir sepeser pun. Namun, pak Sopir tidak mempermasalahkannya. Ia yakin bahwa Yang Mahakuasa telah mengatur rezki untuknya. Apabila ia harus berhadapan dengan perempuan "depresi" ataupun manusia "depresi" lainnya, ia bersikap ikhlas untuk tidak dibayar.

Kisah ketiga. Tangan pak Sopir tiba-tiba merogoh saku kemeja seragamnya. Ia lalu menunjukkan beberapa uang receh lima ratusan. Ia menjelaskan betapa uang receh ini bisa menjadi penyelamat di jalan-jalan ibukota maupun akhirat. Hanya dengan memberikan satu uang receh kepada pak ogah di setiap pertigaan maupun di putaran jalan, jalan yang tadinya sulit ditembus mendadak luas untuk dilewati. Karena memang pak ogah itulah yang berani memberhentikan mobil-mobil maupun motor-motor yang lalu lalang dengan cepatnya atau bahkan ketika dalam keadaan berhenti karena macet, demi kendaraan yang kita kendarai bisa melewati putaran maupun belokan di jalan. Pak Sopir juga mengingatkan apabila kita mengikhlaskan uang receh tersebut, rezki yang didapat adalah berpuluh kali lipatnya.

Akhirnya tubuh ini sampai juga di Senayan. Dan selama hampir 180 menit saya mendengarkan wejangan dari pak Sopir yang budiman. Yaitu wejangan yang telah menampar batin ini untuk bisa ikhlas sepertinya.


------------------------

kisah di atas itu betul adanya. saya sendiri heran terkadang mendapat keberuntungan dengan naik taksi dengan sopir yang bisa mendakwah. well, sebenarnya mungkin ia tidak berniat mendakwah. hanya ingin berbagi cerita. tapi tak disangka, saya belajar banyak darinya. saya berkesimpulan, belajar ikhlas, pasrah dan tabah tidak dari guru spiritual, tapi justru dari manusia-manusia yang tidak sengaja saya temui, tapi sengaja dipertemukan oleh-Nya.

Tuesday, August 14, 2012

lubang hitam, magnet, & semesta


tatap kedua bola mata buah hati atau pasangan dalam-dalam. pandangi titik hitam yang terdapat di tengahnya.

titik hitam atau lebih tepatnya lubang hitam itu bernama pupil. fungsi pupil dikenal sebagai penyaring cahaya yang masuk ke dalam mata. bila cahaya yang masuk terlalu banyak dan menyilaukan, pupil akan menyempit sehingga bila terlihat dari luar seperti titik hitam mengecil. demikian sebaliknya, bila cahaya yang masuk terlalu sedikit, pupil ini akan melebar, berupaya menyerap sinar sebanyak-banyaknya.

ternyata, setelah diteliti lebih jauh lagi, fungsi pupil tidak hanya untuk menyaring cahaya yang masuk ke dalam mata. lubang hitam itu juga bisa memberitahukan kondisi hati seseorang, yaitu dengan melihat ukurannya. bila pupil membesar, emosi si pemilik bola mata tersebut sedang bergejolak, entah dalam keadaan senang, antusias, sedang memikirkan sesuatu secara mendalam, atau sedih maupun marah. sedangkan pupil yang mengecil menandakan kondisi hati seseorang sedang dalam keadaan tenang atau normal.

itu pula mengapa mata dikatakan sebagai jendela hati. karena lubang hitam di dalam mata itu mengucapkan wacana hati tanpa aksara dan menandai kesadaran. tak heran bila sepasang kekasih tak bosan-bosannya saling berpandangan tanpa berkata-kata, karena kedua lubang hitam pada mata keduanya mengutarakan makna cinta yang dalam. dari hanya saling berpandangan itu, terasa tubuh keduanya ingin terus mendekat, merekat erat, bagai kutub utara dan selatan dari sebuah magnet.

magnet itu dipancarkan oleh mata. "serbuk magnetnya" menyebarkan cinta dari hati, yang kemudian bisa menular dan tertular dari yang lain. sifatnya timbal balik. untuk menenangkan hati sang buah hati, pasangan, sahabat, pasien atau orang lain, cukup dengan memandang kedua bola matanya dengan hati yang tulus penuh kasih. selain itu, hubungan dari hanya saling memandang ini dapat juga digunakan sebagai alat komunikasi dari hati ke hati antar sesama makhluk Allah. semua makhluk-Nya memiliki jiwa, ruh, dan hati. semuanya memiliki lubang hitam dalam raganya.

seperti yang difirmankan-Nya, "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi" (QS. Yunus/10:101). tengoklah di sekitar. makhluk Allah mana lagi yang memiliki lubang hitam? lubang hitam di dalam mata hewan-hewan. lubang hitam di dalam raga pepohonan, rerumputan, dan bunga-bunga. tengok di alam semesta. lubang hitam pada matahari (black hole sun), pada planet-planet lain, termasuk galaksi (supermassive black holes).

semua lubang hitam itu bermagnet. Gregg Braden dalam bukunya, Awakening to Zero Point, bahkan berpendapat, magnet tersebut membuat semesta dan seisinya berputar dan saling berkaitan. bisa jadi sudah saatnya usulan diberikan kepada NASA untuk meneliti bagaimana setiap lubang hitam yang ada di semesta bisa saling berkomunikasi demi kelangsungan hidup dan kebahagiaan masing-masing. itulah makna cinta dalam semesta yang sesungguhnya. setelah berhasil memperdengarkan lagu Across the Universe karangan the Beatles lewat satelit, lantunan ayat-ayat Allah di luar angkasa bisa dicoba.

jiwa makhluk Allah yang paling tulus, paling mengasih, paling mencinta, memiliki magnet terbesar. sedangkan yang Mahatulus, Mahapengasih, Mahapencinta, hanya Allah yang memiliki magnet Mahabesar. tak perlu heran bila Kubus Hitam itu, rumah-Nya, lubang hitam di planet Bumi, yang terletak di dalam Masjidil Haram, yang dibangun para malaikat sebelum manusia ada, dan dikembangkan oleh manusia pertama, Nabi Adam a.s., menjadi pusat magnet dari semua umat-Nya.

-------------------------------

tulisan ini saya buat untuk Majalah NooR edisi November 2008. 

Monday, August 13, 2012

hanya yang indah-indah di bulan yang terindah


kesibukan indera setiap harinya sangat tak sedikit.

tangan ini terus berkarya, mencipta, mengangkat barang berat, menggandeng orang-orang terkasih. mulut ini terus mengecap, mengunyah, berucap, berbicara banyak tema, dari politik, hiburan, hingga teknologi terkini. kaki ini terus melangkah dari rumah ke kantor, ke pasar, ke supermarket, ke mal, ke gerai kopi, ke restoran, ke rumah teman atau saudara. terus menginjak pedal gas membawa kendaraan berkilo-kilo meter jauhnya. kulit ini tersapu angin, tersengat sinar matahari, terkena debu ataupun angin buatan dari pendingin ruangan, tersentuh peluh orang lain di kendaraan umum. mata ini melihat tumpukan berkas pekerjaan, terpaku pada layar televisi, komputer, layar ini dan itu. memandang keindahan, kezaliman, dan kenyataan yang mengiris-iris hati. hidung ini mencium bau busuk sampah di jalanan, wewangian buatan di tempat-tempat yang hanya dikunjungi manusia berkelas.

itu baru indera. bagian tubuh yang terlihat. bagaimana dengan yang di dalam tubuh? setiap harinya saluran pencernaan dari tenggorokan hingga lambung dan usus terhunjami makanan dari yang sehat hingga yang serba instan, plus minuman baik air mineral, kopi, teh, hingga minuman bersoda. mata ini terkatup. tubuh tertidur. yang di dalam tubuh terus bekerja, terus mengeluarkan enzim. terus-menerus.

ketika kepenatan luar biasa sampai pada suatu titik puncak, fitrah ini kemudian memanggil. Sang Pencipta tak ingin manusia, makhluk ciptaan-Nya, rusak akibat kepenatan yang tak kuasa ditahannya. panggilan itu berkumandang pada bulan Ramadan. bulan mulia bagi umat manusia untuk melakukan penyucian diri. berpuasa, menahan godaan, menahan nafsu. seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, bahwa lawan manusia yang terbesar adalah nafsunya. Allah mengajak manusia untuk mendekatkan diri kepada-Nya di bulan suci ini. apa yang diperbuat hanya kebaikan dan menempelkan indera pada Alquran. tangan ini hanya memberi, memasak dengan doa untuk keluarga maupun sesama yang sedang berpuasa, serta memegang kitab suci. kaki ini melangkah ke tempat ibadah. mulut ini berzikir, memuja-muja-Nya, menyenandungkan firman-firman-Nya. sementara dari hidung, keluar dengungan senandung firman-Nya yang membuat benak terlena. mata ini membaca aksara Alquran, menatap buah hati maupun pasangan dengan cinta kasih yang dalam, serta memandangi langit sambil menengadahkan wajah, memanjatkan doa.

pada saat yang sama, ketika saluran pencernaan berhenti menerima asupan dari fajar hingga matahari tenggelam, seluruh organ pencernaan berkuasa penuh untuk membuang racun yang dihirup hidung manusia maupun yang diasup dari mulut dengan sendirinya. bagian dalam tubuh inilah yang mempunyai otoritas untuk menyucikan diri.

hanya yang indah-indah yang ada di bulan terindah. tiada kemiskinan, karena orang kaya ramai-ramai memberi. tiada kezaliman ataupun jerit tangis, karena setiap orang hanya shalat dan mengaji. belum lagi ada satu malam di dalamnya, malam maha indah, malam seribu bulan, dengan seluruh malaikat turun dari langit, membawa kepada-Nya doa-doa yang terpilih untuk dikabulkan.

seperti yang difirmankan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW bahwa segala ibadah adalah untuk manusia, tapi puasa hanya untuk-Nya. yang terpilih, yang lulus ujian, yang sukses melawan nafsunya, adalah yang berhasil menyucikan diri dan hati, putih bersih bak jiwa bayi yang baru lahir, yang berhasil mendekatkan diri kepada-Nya. karena jiwa yang putih dan bersih itu yang berhak kembali bersanding di sisi-Nya, yang meraih kemenangan.





Monday, May 28, 2012

tanah: sumber & tujuan untuk semua


Wendell Berry, seorang akademis, kritikus ekonomi dan budaya yang juga penulis dari Amerika ini dalam bukunya yang berjudul The Unsettling of America (1978) berkata, "Tanah merupakan penghubung terbesar dari kehidupan manusia, sumber dan tujuan untuk semua." Ya. Tuan Berry ini sama sekali tidak berlebihan.

Manusia cenderung melupakan karunia Allah yang satu ini. Manusia seringkali merasakan pentingnya udara dan air, tetapi lupa dengan apa yang dipijaknya. Tidak hanya sekedar lupa, tapi juga sering memaki-maki bila tubuh terkena tanah. Kotor, katanya.

Lapisan tipis yang menyelimuti bumi dan yang menjadi tempat bersemayamnya akar makhluk Allah berupa tumbuh-tumbuhan dan pepohonan sesungguhnya sangat istimewa. Bahkan keistimewaannya terpapar dalam Al-Qur'an.

Dalam surat al-Hajj ayat 5, Allah berfirman kelahiran manusia diciptakan dari tanah. Dalam ayat itu pula dikisahkan proses hujan, "...Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah." Poin kedua inilah yang kemudian terbukti secara ilmiah melalui penelitian seorang ilmuwan dari Inggris yang bernama Robert Brown (1827) mengenai tanah yang bergetar.

Brown menemukan bahwa ada tiga tahapan yang terjadi pada tanah setelah dibasahi air hujan. Tiga tahapan ini bisa dikaitkan dengan firman Allah yang dijelaskan sebelumnya:
  • "...hiduplah bumi itu..."; tahap pertama adalah bumi bergetar. Getaran tersebut disebabkan oleh terionisasinya partikel-partikel yang ada dalam tanah akibat terkena tetesan air hujan yang bergerak secara acak dan jatuh mengenai tanah di berbagai sisinya. Terionisasi secara positif karena jatuhnya aliran listrik. Terionisasi secara negatif karena kenaikan aliran listrik.
  • "...dan suburlah..."; tahap kedua adalah tahap penyerapan air. Partikel-partikel yang terbentuk pada lapisan-lapisan tanah tersebut menyerap air dan kemudian tumbuh membesar, sehingga tanah tersebut menyediakan air agar organisme dan bibit-bibit hidup.
  • "...dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah."; proses dimulainya pertumbuhan bibit menjadi tumbuh-tumbuhan yang indah adalah tahapan ketiga. Fertilisasi ini terjadi oleh karena tanah yang tadinya terlihat mati menjadi sesuatu yang hidup berkat kehadiran air dan akhirnya menyediakan kehidupan agar tumbuh-tumbuhan itu berkembang.
Hal inilah yang membuat tanah sebagai sumber kehidupan. Selain itu tanah juga merupakan tempat kembalinya tumbuh-tumbuhan tersebut. Ketika tumbuhan berkembang, matang, lalu membusuk, dan akhirnya gugur kembali ke tanah. Ada yang berguguran, ada pula yang tumbuh. Terus-menerus. Proses regenerasi ini yang membuat kehidupan ini terus berlangsung sesuai kehendak-Nya.

Ini berlaku bagi tubuh semua makhluk-Nya, termasuk manusia. Tubuh manusia diciptakan dari tanah, tumbuh, dan kemudian berkembang. Dari tahun ke tahun tubuh mencapai titik kematangannya. Setelah tua, ia pun renta. Akhirnya ketika ruh itu berpulang, tubuh tertanam kembali ke tanah. Tanah menjadi tujuan kehidupan di dunia bagi semuanya.








Friday, March 2, 2012

i love you just the way you are...

....so please don't change.
if you want to change, just be a better person than you used to.
by listening more, talking less,
giving smile, warm eyes, & helping hands.
so let people know the world is a good place to live in.

Thursday, February 23, 2012

simfoni semesta


Menurut Phytagoras, Tuhan menciptakan semesta dengan matematika. Saya percaya itu. Karena segala sesuatu yang diciptakan-Nya amat detil dengan presisi yang mahateliti, hingga tak ada setitik atom pun luput dari perhitungan-Nya.

Tak hanya itu. Saya percaya sekali Tuhan menciptakan semesta dengan tidak hanya sekedar matematika. Melainkan matematika yang harmonis, beritme, dan bermelodi. Harmonis secara kompleks dan beragam, yakni dengan sebuah simfoni.

Simfoni atau orkestra yang bisa dirasa dan dilihat manusia di dunia ini adalah sebuah lagu atau senandung yang sangat indah yang tercipta dari gabungan nada-nada yang tidak asal bunyi. Gabungan nada-nada yang mengikuti sebuah aturan, sebuah sistem, yang mana apabila satu nada menyalahi aturan itu, lagu itu menjadi rusak. Nada-nada tersebut keluar dari beranekaragam alat musik seperti piano, perkusi hingga biola. Nada-nada itu sendiri merupakan kumpulan not-not melodis yang masing-masing punya hitungan teratur atau ketukan sendiri. Not-not dengan hitungan masing-masing itulah matematika yang melodis. Not-not itu bisa menjadi perumpamaan bagi setiap makhluk hidup ciptaan Allah, yang dalam dirinya punya detak jantung masing-masing, dengan ritme masing-masing. Aturan itu juga merupakan perumpamaan bagi keharusan manusia untuk berbuat baik. Siapapun, tidak pandang bulu, wajib melakukan hal-hal baik sesuai perannya demi kemanusiaan, demi keberlangsungan kehidupan yang berkesinambungan.

Bukankah itu mungkin maksud Tuhan menciptakan kehidupan dan meminta manusia untuk menyikapinya? Hidup harmonis dalam keberagaman?

Hidup harmonis dalam keberagaman memang tidak semudah yang dibayangkan dan tidak mudah dilakukan. Kecenderungan manusia adalah merasa yang paling benar dan kurang bisa menerima perbedaan. Inginnya semua manusia punya pemikiran yang sama, kebiasaan yang sama, bahkan keyakinan yang sama.

Bayangkan bila semesta ini hanya terdapat planet yang sama dengan bumi. Bayangkan bila semua manusia punya pola pikir dan kebiasaan yang sama. Lantas apa yang ada? Hidup ini tentunya kosong tanpa makna. Makna justru ada ketika perbedaan itu ada. Makna justru ada ketika manusia mengalami pembelajaran. Pembelajaran menerima perbedaan yang warna-warni kelap-kelip itulah yang melahirkan sikap bijaksana.

Jadi, mulailah untuk tidak berharap mengubah manusia lain. Manusia bisa berubah dengan sendirinya. Keinginan berubah hanya dari dirinya sendiri. Bukan karena hasutan, tuntutan, dan lainnya. Satu-satunya yang bisa diubah adalah cara benak ini menerima dan memandang dunia. Perbedaan itu justru memperkaya. Semesta ini sungguh kaya keindahan karena ragamnya yang berjumlah maha, tak terhingga. Karena nyatanya keragaman itu merepresentasikan keindahan yang paling maha. Satu Zat. Sang Pencipta semesta.

kenikmatan sejati


Demi kenikmatan, tubuh saya pernah merasa tersiksa.

Kenikmatan ada dimana-mana. Nikmatnya makan coklat, nikmatnya berenang, nikmatnya tiduran sembari ditemani musik favorit atau membaca buku yang menyentil jiwa.

Tetapi ada kenikmatan yang belum pernah saya rasa. Salah satunya adalah merokok. Heran dengan banyak teman yang rela dihukum karena merokok atau menghabiskan dua bungkus rokok sehari. Saya pun ingin tahu kenikmatan di baliknya. Maka ketika duduk di bangku SMP, ada niatan untuk mencoba. Tetapi sekali saya hisap puntung rokok itu, saya terbatuk dan kemudian hampir muntah. Langsung trauma. Sejak itu saya berjanji pada diri sendiri untuk tak akan menyentuh barang kecil berbau khas itu.

Ketika kuliah, saya mengabaikan janji itu. Terinspirasi mantan pacar. Yang tadinya tidak merokok, jadi perokok berat. Memandanginya meletakkan benda mungil di mulutnya dengan jari jemarinya yang terkulum ringan, menghisapnya dalam-dalam dan kemudian menghembuskan asap dari mulutnya. Matanya sesekali menyipit. Kenikmatannya terasa sekali pada orang yang melihat dengan saksama seperti saya. Saya pun tergerak untuk melakukan hal yang sama. Sembunyi-sembunyi di wc umum sebuah mal. Dengan penghayatan yang sama pula. Dan apa yang terjadi? Kali ini saya muntah betulan.

Cukup di situ. Sungguh bodoh saya. Dalam hati saya bersyukur, untung saya melakukannya di wc umum. Seandainya saya mencobanya di depan mantan pacar saya yang perokok berat itu, atau di depan teman-teman perempuan saya yang mayoritas perokok, atau di halte dimana banyak orang menunggu bis sembari merokok. Mungkin lebih dari cemooh yang akan saya terima.

Mengenai perempuan merokok, sempat terjadi diskusi kecil-kecilan ketika menanti jam masuk kuliah di Depok dulu. Pada waktu itu hampir semua gempar melihat Demi Moore yang berpose sebagai sampul majalah asing terkemuka, dengan baju maskulin plus cerutu bergelayut di bibirnya. Sejak itu banyak perempuan tampil maskulin dengan puntung rokok bergelayut di bibir mereka. Yah apa daya, mampunya beli rokok, bukan cerutu.

Dalam diskusi itu teman perempuan saya mengaitkan keseksian dengan rokok. Katanya perempuan merokok itu seksi, seperti Demi Moore. Bagi saya sebenarnya, apa saja yang dilakukan Demi Moore itu seksi tanpa harus ada rokok ataupun cerutu di bibir. Seksi dengan rambut cepaknya yang ditiru sejuta umat perempuan sedunia, tampil bugil kala hamil yang ditiru puluhan artis sedunia, termasuk seorang artis lokal kita, tampil mempesona di film the new Charlie's Angels sampai-sampai banyak penonton tidak menggubris kehadiran ketiga malaikat dalam film itu. Keseksian dia yang lain saya tidak tahu, mungkin bisa ditanyakan pada Ashton Kutcher.

Lalu dari situ, saya buat riset kecil-kecilan juga dengan bertanya pada beberapa teman lelaki. Yang membuat saya terlonjak adalah kesaksian mereka bahwa perempuan yang merokok itu sama sekali tidak tampil seksi. Kata mereka perempuan seksi itu adalah perempuan yang mengerti femininitasnya dan dapat mengeksplorasi kefemininannya itu dengan penuh percaya diri. Bukannya dengan membangunkan sisi maskulinitas lalu ikut-ikutan kebiasaan lelaki seperti merokok. Itu kata beberapa teman lelaki saya yang memang tidak suka dugem. Harusnya saya tanya juga kepada beberapa yang suka dugem atau bergaul kesana kemari. Mungkin jawabannya berbeda.

Yah, itu dari sekedar ingin tampil seksi. Tapi bagaimana dengan yang memang mencandu? Candu itu berasal dari nikmat. Proses kenikmatan itulah yang pernah saya cari, dari ikut-ikutan teman dan terinspirasi dari mantan pacar. Dan nyatanya kegagalan yang saya raih.

Kalau ditanya mengapa saya tidak merokok. Bukannya karena saya perempuan konservatif. Bukannya karena saya tahu ada seribu satu racun yang terkandung dalam satu hisapan rokok. Tetapi karena tubuh saya yang tidak mau dan tidak dapat menerima.

Hal ini terjadi pula ketika saya mencoba untuk ikut-ikutan menikmati minuman anggur atau wine. Waktu itu saya masih berkuliah di kota pelajar negeri kangguru. Sudah menjadi tradisi di sana seusai ujian akhir, satu kelas berpesta di sebuah rumah salah satu murid. Karena teman saya sudah menyediakan rumah, maka yang lainnya termasuk saya wajib membawa perbekalan untuk dicemil. Sebagian besar membawa wine, ada juga yang bawa coklat, sementara saya membawa keripik kentang. Awalnya tidak pede, tapi nyatanya, keripik kentang yang saya bawa justru yang paling laris dicemil.

Gelas-gelas wine tersedia menyebar di meja bundar. Karena kita duduk melingkari meja tersebut. Bercanda ria, sambil saling mencela. Lama-kelamaan saya bosan dan tiba-tiba saja hinggap rasa penasaran saya untuk mencoba segelas wine yang tersedia itu. Tanpa rasa takut ataupun dosa, saya ambil satu, yang terisi wine putih. Meski sebelumnya teman-teman saya yang semuanya native itu menyangsikan saya bisa minum, akhirnya bisa menerima bahwa sepertinya tidak ada gejala aneh yang hinggap pada diri saya. Maka saya pun ditawari segelas lagi. Kali ini wine merah. Kata satu teman saya, sebelum minum yang merah, harus minum segelas air mineral dulu. Saya turuti saja, tanpa tahu itu untuk apa. Lalu saya tenggak yang merah. Rasanya biasa saja. Saya penasaran bagaimana rasanya mabuk. Karena saya tahu, puncak kenikmatan adalah ketika mabuk. Saya tenggak lagi yang merah. Sekali lagi, tanpa rasa takut dan dosa. Padahal saya tahu ibadah saya selama 40 hari ke depan nanti tidak akan diterima.

Sepulang dari rumah teman, saya nyaris tidak merasakan apa-apa yang aneh dalam diri saya. Termasuk rasa nikmat yang saya cari. Padahal saya sangat sadar bahwa saya sudah menenggak sekitar 5 gelas wine. Harusnya saya sudah mabuk atau at least merasakan kenikmatan yang dipuja-puja penggemar wine. Sepanjang perjalanan pulang saya rasa-rasa, tetapi sia-sia belaka. Saya baru merasakan hal aneh pada diri saya sesampai di flat. Tiba-tiba saja tubuh saya gatal-gatal dan muncul bintik-bintik kemerahan di sekujur tubuh. Saya panik. Apakah saya keracunan. Roommate saya pun tidak tahu apa yang harus dilakukan. Obat apa yang harus saya minum pun saya dan roommate tidak tahu. Akhirnya dengan menebas rasa sejuta malu, saya menelpon ibu di Indonesia. Saya mengaku dosa bahwa saya telah minum. Dan saya gatal-gatal. Dengan suara lembut ibu saya bilang untuk minum incidal yang memang sudah disiapkan ibu ketika saya hendak kembali menempa ilmu. Betul benar. Sejak minum obat itu, perlahan-lahan gatal itu sirna. Ternyata, kata seorang teman yang bukan roommate saya, saya alergi yeast. Ampun!

Kalau ditanya kenapa saya tidak minum. Bukannya, sekali lagi, karena saya perempuan konservatif. Bukannya saya tahu khmar atau minuman sejenis dilarang untuk diminum oleh agama, karena dosanya lebih besar ketimbang manfaatnya. Tetapi karena, sekali lagi, tubuh saya yang tidak mau dan tidak menerima.

Nyatanya meski pernah tersiksa demi kenikmatan, itu tidak pernah membuat saya kapok untuk terus mencari. Butuh waktu tidak lama untuk akhirnya saya menemukannya. Pertama yakni dari secangkir kopi. Kata orang bijak, kenikmatan itu baru dapat dirasa ketika tidak hanya satu indera yang bekerja dan terangsang ketika mencecap sesuatu. Dan semua itu saya dapat dari secangkir kopi. Tidak hanya indera pencecap saya yang dimanjakan oleh rasanya yang khas, tetapi juga indera penciuman, dimana rasa dihantarkan olehnya ke benak sampai-sampai saya merasa produktif ketika meminum kopi. Kalau kata orang kopi membuat orang tidak tidur. Itu tidak berlaku pada saya. Dan saya akui kalau saya saat ini mencandu kopi yang kehadirannya di bumi sungguh merupakan berkah bagi saya dari-Nya.

Ketika saya menikah, saya temukan lagi kenikmatan lainnya yang membuat saya lebih bahagia. Yakni dari bercinta (sudah jelas semua indera termanjakan), rasa setelah melahirkan ketika melihat bayi yang sehat dan sempurna keluar dari rahim (indera penglihatan dan peraba terangsang, yaitu ketika mendekap bayi yang masih sedikit berlumuran darah dan asyik mengonsumsi ASI yang pertama), dan ketika saya bercanda dengan ketiga buah hati (indera penglihatan, peraba, dan pendengaran).

Terlebih lagi ketika keimanan diasah. Dengan melantunkan ayat-ayat Qur'an, sholat, berzakat, dan berpuasa, saya juga merasakan kenikmatan itu. Karena saya baru tahu bahwa dengan melantunkan ayat-ayat Qur'an dengan tajwid yang benar dapat merangsang tidak hanya indera penciuman, tetapi juga indera pendengaran. Karena pada saat mulut melafalkan ayat-ayat tersebut ada dengungan yang keluar dari hidung tetapi masuk ke dalam telinga yang kemudian membuat benak terlena.

Sholat pun demikian. Ketika saya merasakan komunikasi secara langsung dengan Tuhan, dengan melantunkan ayat-ayat Qur'an serta doa-doa sembari saya tundukkan kepala. Karena saya tahu Dia ada di sana mendengar pinta saya, makhluk sebutir pasir di tengah lautan. Kepasrahan yang dalam itu yang membuahkan kenikmatan, dimana tubuh saya tergetar. Dari zakat, saya bisa merasakan kebahagiaan orang lain yang justru membuat saya lebih bahagia. Itu juga membuat saya tergetar, bahkan hampir menitikkan air mata. Dari puasa, saya merasakan kenikmatan berupa kesehatan lahir batin. Kalau haji saya belum tahu, tetapi saya yakin akan ada kenikmatan yang maha mutlak yang akan saya raih apabila saya singgah di rumah-Nya.

Pada akhirnya saya menemukan kenikmatan yang tidak menyiksa tubuh saya. Dan itulah kenikmatan sejati.

bertemu jodoh

Suatu hari saya pernah diminta seorang narasumber untuk bertemu dengannya di stasiun TV di daerah Kedoya, Jakarta Barat. Suatu perminta...

© the mind reads, the heart speaks
Maira Gall