Sunday, July 2, 2023

bertemu jodoh


Suatu hari saya pernah diminta seorang narasumber untuk bertemu dengannya di stasiun TV di daerah Kedoya, Jakarta Barat. Suatu permintaan yang cukup sulit mengingat kantor saya di Pulogadung, rumah saya di Kalibata. Bagi saya, Kalibata-Kedoya masih lebih masuk akal ketimbang Pulogadung-Kedoya. Dan akan lebih masuk akal lagi bila saya menempuh jarak kedua tempat itu di hari apa saja kecuali Jumat.

Masalahnya adalah hari itu adalah hari Jumat. Hari yang seharusnya diagungkan, tetapi menjadi sebuah waktu yang teramat menakutkan bagi seorang pengendara kendaraan bermotor. Dan kalimat TGIF atau 'terima kasih Tuhan, sekarang hari Jumat' terdengar sangat konyol. Lebih masuk akal kalimat itu diubah menjadi 'ya Tuhan, sekarang hari Jumat?? Aaarrrgggghhh!!!' Sepertinya saya mulai berlebihan. Ya, orang itu minta saya bertemu dengannya hari Jumat...sore pula. Pada saat saya mendengar kabar itu yang ada di benak saya hanya ada kata 'jauuuh' dan 'maceeet' menggaung. Saya belum melangkah, apalagi masuk mobil, tapi rasanya sudah capek duluan.

Tapi tiba-tiba saya teringat kata nenek saya bahwa bila bertemu jodoh, pasti semuanya akan dilapangkan oleh-Nya. termasuk dalam proses pertemuan maupun pendekatannya. Saya rasa ini mungkin juga berlaku dengan bertemu narasumber. Kalau memang hari ini saya 'berjodoh' untuk bertemu dengannya, segala sesuatunya pasti dilapangkan.

Ya bolehlah saya berprasangka seperti itu..demi menyenangkan hati. Habis gimana? Seperti tiada pilihan. Narasumber ini susah ditemui. Dan dia hanya bisa ketemu hari itu dan di tempat itu. Dan saya dibayar untuk ketemu dia. Sudahlah...tiada alasan untuk menolak.

Oke. Dengan modal keyakinan seperti itu, ditambah mengucapkan basmalah, plus menyiapkan kumpulan CD musik favorit bernada riang gembira penuh semangat, akhirnya saya berani juga melangkah dan menyusuri jalan.

Yak. Perjalanan dimulai. Sound system diaktifkan. Keluar dari corong speakernya satu lagu ceria. 5 menit sudah terlewati. Keluar lagi satu lagu riang...10 menit sudah terlewati. Dan saya sudah di jalan tol. Satu lagu penuh semangat keluar dan terlewati. 15 menit sudah. Dan ya...itu dia. Saya lihat tulisan berhuruf kapital besar-besar berwarna metalik nama stasiun TV tersebut di dinding kokoh nan tinggi di hadapan saya. Eh, tunggu sebentar. Jadi saya hanya melewati 3 lagu untuk sampai di situ? ya Tuhan...jalan-jalan yang saya lewati di hari itu kosong melompong. Saya sempat perkirakan sebelumnya paling mujur sampai di sana 1 jam kemudian. Tapi nyatanya, hanya butuh 15 menit. 15 menit saja!!

Bagi saya yang percaya dengan petanda, it is something. Bukan sebuah kebetulan belaka. Dan itu sudah pernah berkali-kali terjadi. Di kala saya merasa hendak menjalankan sebuah 'mission impossible', tapi bila Tuhan berkehendak, segalanya bisa terjadi. Itu membuat saya makin yakin akan adanya suratan takdir dan tangan-tangan Tuhan yang menggerakkan. Bila memang saya ditakdirkan untuk bertemu dengan seseorang kapanpun juga, maka Tuhan akan melapangkan jalan untuk saya. Sama seperti dengan bertemu jodoh. Itu artinya Beliau memberikan ijin-Nya. Restu-Nya. Ridha-Nya. Dan akhirnya keyakinan itu menjadi modal saya untuk melangkah kemanapun saya pergi atau merencanakan apapun juga. Bahwa manusia bisa punya rencana, tetapi in the end, hanya Tuhan yang menentukan.

Demikian juga sebaliknya. Bila kita merasa akan melakukan yang terkesan mudah atau sepele, Tuhan tidak memberi restu-Nya, maka segalanya tidak akan terjadi. That's the way it is...

yang sejenis (for the singles only...)

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (QS Ar-Ruum: 21)

Saya selalu terhenyak ketika membaca firman Allah yang satu ini. Firman yang selalu ditulis di tiap kartu undangan ini benar-benar membuat benak ini terus bertanya-tanya. Kata-kata "pasangan dari jenismu sendiri" itu. Apa maksudnya?

Dulu seringkali saya heran mengapa firman yang satu ini selalu tertera di kartu undangan pernikahan pasangan muslim. Seperti manusia cuek lainnya, perasaan yang muncul dari batin baru sebatas heran. Bukannya penasaran untuk mendalaminya. Setiap membaca kartu undangan pernikahan, yang saya baca hanyalah nama pasangan beruntung yang akhirnya menikah, tempat dan tanggal kapan mereka menikah, sambil membayangkan bentuk pelaminan mereka dan busana apa yang pantas saya kenakan kala bertandang. Keberadaan firman yang satu itu tidak mendapat perhatian utama.

Sampai pada akhirnya ketika saya tersandung dalam pernikahan pertama, saya mulai mencoba memaknai arti firman Tuhan yang satu itu. Simply karena saya yakin dari firman itu, sesungguhnya keberadaan jodoh tersebut ditunjukkan oleh-Nya. Simply karena saya tidak mau tersandung untuk kedua kalinya.

"Pasangan". Apabila Tuhan mengatakan pasangan, artinya laki-laki haruslah bersanding dengan perempuan. Seperti makhluk Tuhan lainnya. Yang jantan berpasangan dengan yang betina.

"Dari jenismu sendiri". Ini yang membuat saya bingung. Jenisku sendiri itu apa?

Yang selalu saya yakini adalah berpasangan haruslah dengan yang berkeyakinan sama. Jadi, apabila saya beragama Islam, maka pasangan saya juga harus beragama Islam. Itu pastinya arti dari sejenis. Punya keyakinan yang sama. Punya interpretasi atau penafsiran yang sama terhadap firman-firman-Nya. Yakin akan Yang Mahaagung dengan cara atau ritual yang sama kala menyanjung-Nya.

Sejenis yang lain. Yang saya tahu orang-orang yang sejenis dengan saya adalah orang-orang yang punya hobi, minat ataupun kesukaan yang sama dengan saya. Contohnya saja para sahabat. Kami sama-sama suka membaca buku, suka mengobrol ngalor-ngidul, senang nonton film di bioskop, dan juga menyukai jenis musik yang sama. Chemistry itu ada pada orang-orang yang sejenis. Orang-orang yang sejenis cenderung bergabung dalam satu kelompok. Satu lingkaran persahabatan.

Tidak hanya itu. Saya percaya yang sejenis itu adalah orang yang tingkat intelektualitasnya sama. Ngobrol nyambung, bercanda nyambung. Semua serba nyambung. Serba "click". Bukannya "tulalit". Yang satu maksudnya bercanda, tetapi yang lainnya malah bengong. Yang lainnya itu kemudian bilang dalam hati, "gak lucu lo!"

Kalau memang demikian, jelas pula dengan kata-kata "...supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya." Orang yang sejenis, yang serba nyambung, tentu saja akan menjadikan hati ini lebih tenteram. Bayangkan saja apabila diri ini punya satu pendapat, dan dia ternyata punya pendapat yang sama, tentulah hati ini merasa tenang dan tenteram karena nyatanya diri ini punya pendukung. Jelas sudah jodoh itu ada di dalam lingkaran persahabatan. Di dalam komunitas yang sama. Sosok yang selalu mendukung setiap langkah dan menyemangati setiap keputusan yang diambil. Sosok yang bisa menerima diri ini apa adanya. Bukannya yang menjadi penghalang atau penentang. Bukannya yang mematikan jiwa. Bukannya yang selalu menertawakan kelemahan. Bukannya yang senang di kala hati ini sedih atau yang sedih di kala hati ini senang.

Ada satu petunjuk lagi yang membuat hati ini semakin jatuh cinta pada Yang Mahamengetahui. "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian dari mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain" (At-Taubah/9:71). Jelas pula bahwa keberadaan sepasang manusia bukanlah untuk saling berkompetisi, tetapi saling bekerja sama. Menolong satu sama lain. Yang satu kelelahan, yang lain merangkulnya. Yang satu sedang merasa pilu, yang lainnya menjadi lentera. Yang satu sedang marah, yang lainnya menjadi penyejuk. Yang satu butuh dilindungi, yang lain melindungi. Isn't that a beauty?

Jodoh itu sudah ada di sekitar kita. Jadi tidak perlu dicari. Tinggal gunakan intuisi untuk menemukannya. Dengan membaca tanda-tanda-Nya melalui panca indera dan kemudian rasakan dalam hati, siapa di antara sahabat itu yang paling jujur dan memperlakukan hati ini bagai pualam. Saya yakin apabila yang sejenis sudah ditemukan, chemistry itu, aliran listrik itu, bara api cinta dalam hati itu, tidak akan pernah padam. Karena selalu terpantik oleh kesamaan hati, kesamaan cita rasa, kesamaan pandangan dan visi misi hidup, bahkan dengan argumen yang memperkaya jiwa di berbagai hal yang akan ada dalam kehidupan pasangan sepanjang masa.

Thursday, November 21, 2013

need to travel


go traveling.
it will make you less judgmental.
don't act like a tourist.
act like a local.

Saturday, October 20, 2012

kisah pak sopir taksi yang budiman

Mau tahu seluk beluk Jakarta? Tanyakan kepada pak Sopir taksi yang budiman.

Suatu sore di hari Jumat saya harus pergi untuk meliput satu acara di sebuah mal terkemuka di Senayan. Dalam benak ini, sudah terbayang jalanan yang supermacet. Karena perjalanan dari Pasar Minggu hingga Senayan harus melewati beberapa ruas jalan besar yang dipenuhi ratusan mobil hingga motor. Atas alasan ini, earphone dan handphone berisi lagu-lagu favorit wajib dibawa. Simply saya tidak ingin bete.

Perlu diketahui, bagi orang yang tinggal di Jakarta yang pengguna jalan raya, hari Jumat sore lebih terasa seperti ketiban musibah ketimbang berkah. Bagaimana tidak? Berkendara dengan jarak 3 km yang hanya ditempuh selama 10 menit bisa menjadi 60 menit. Tiba-tiba saja ratusan mobil berbaris rapi tak berdaya, bergerak sedikit-sedikit. Sedan maupun jip mewah sama nasibnya dengan bus-bus. Kekuatan kendaraan bermotor untuk berlari kencang tak bisa dirasakan di kota Jakarta Raya ini di hari itu. Ratusan motor mengalir bagai air, merembes ke satu sisi ke sisi lain dengan lincahnya tapi bisa membuat hati pejalan kaki maupun pengendara mobil menjadi pilu.

Keadaan ini sangat berbeda dengan yang dialami oleh orang-orang yang tinggal di kampung halaman saya, Pekalongan. Bagi mereka Jumat adalah hari libur yang penuh berkah. Bahkan nenek saya pernah bercerita di kota Batik ada kisah seorang penarik becak yang tidak memunguti bayaran dari orang yang ditumpanginya setiap hari Jumat. Bayangkan. Penarik becak. Bukan pejabat, pengacara maupun dokter. Alasannya, ia hanya ingin mendapat berkah yang luar biasa dari Allah di hari yang spesial bagi umat Islam.

Kembali ke Jakarta. Tepatnya di jalan Gatot Subroto, dimana lalu lintas sedang berhenti...ti. Saya memutuskan untuk tidak menelusuri perasaan kesal. Because my happiness is my responsibility. Jadi, lebih baik menikmati sesuatu yang lebih menyenangkan ketimbang mengutuk keadaan.

Ketika tangan ini hendak memasang earphone ke lubang telinga, pak Sopir tiba-tiba menegur. Batin ini sempat kesal. Saya sedang tidak mood mendengar ocehannya. Namun, apa daya, sepertinya pak Sopir butuh teman untuk mendengarkan kisahnya.

Baiklah. Diri ini akhirnya mengurungkan niat untuk mendengarkan lagu-lagu favorit dan memasang telinga untuk mendengarnya.

Kisah pertamanya adalah perasaan leganya akan keberadaan tubuh ini yang duduk di jok belakang. Katanya, saya ini penglaris. Baru sore ini ada penumpang di mobil yang dikendarainya setelah mondar-mandir se-Jakarta Selatan sejak siang.

Kisah kedua. Pak Sopir pernah ditumpangi seorang perempuan yang berbaju daster. Menurutnya, sepertinya perempuan itu tengah "depresi." Perempuan itu bercerita ngalor ngidul. Sesampainya di tempat yang diinginkan, perempuan itu tidak membayar pak Sopir sepeser pun. Namun, pak Sopir tidak mempermasalahkannya. Ia yakin bahwa Yang Mahakuasa telah mengatur rezki untuknya. Apabila ia harus berhadapan dengan perempuan "depresi" ataupun manusia "depresi" lainnya, ia bersikap ikhlas untuk tidak dibayar.

Kisah ketiga. Tangan pak Sopir tiba-tiba merogoh saku kemeja seragamnya. Ia lalu menunjukkan beberapa uang receh lima ratusan. Ia menjelaskan betapa uang receh ini bisa menjadi penyelamat di jalan-jalan ibukota maupun akhirat. Hanya dengan memberikan satu uang receh kepada pak ogah di setiap pertigaan maupun di putaran jalan, jalan yang tadinya sulit ditembus mendadak luas untuk dilewati. Karena memang pak ogah itulah yang berani memberhentikan mobil-mobil maupun motor-motor yang lalu lalang dengan cepatnya atau bahkan ketika dalam keadaan berhenti karena macet, demi kendaraan yang kita kendarai bisa melewati putaran maupun belokan di jalan. Pak Sopir juga mengingatkan apabila kita mengikhlaskan uang receh tersebut, rezki yang didapat adalah berpuluh kali lipatnya.

Akhirnya tubuh ini sampai juga di Senayan. Dan selama hampir 180 menit saya mendengarkan wejangan dari pak Sopir yang budiman. Yaitu wejangan yang telah menampar batin ini untuk bisa ikhlas sepertinya.


------------------------

kisah di atas itu betul adanya. saya sendiri heran terkadang mendapat keberuntungan dengan naik taksi dengan sopir yang bisa mendakwah. well, sebenarnya mungkin ia tidak berniat mendakwah. hanya ingin berbagi cerita. tapi tak disangka, saya belajar banyak darinya. saya berkesimpulan, belajar ikhlas, pasrah dan tabah tidak dari guru spiritual, tapi justru dari manusia-manusia yang tidak sengaja saya temui, tapi sengaja dipertemukan oleh-Nya.

Tuesday, August 14, 2012

lubang hitam, magnet, & semesta


tatap kedua bola mata buah hati atau pasangan dalam-dalam. pandangi titik hitam yang terdapat di tengahnya.

titik hitam atau lebih tepatnya lubang hitam itu bernama pupil. fungsi pupil dikenal sebagai penyaring cahaya yang masuk ke dalam mata. bila cahaya yang masuk terlalu banyak dan menyilaukan, pupil akan menyempit sehingga bila terlihat dari luar seperti titik hitam mengecil. demikian sebaliknya, bila cahaya yang masuk terlalu sedikit, pupil ini akan melebar, berupaya menyerap sinar sebanyak-banyaknya.

ternyata, setelah diteliti lebih jauh lagi, fungsi pupil tidak hanya untuk menyaring cahaya yang masuk ke dalam mata. lubang hitam itu juga bisa memberitahukan kondisi hati seseorang, yaitu dengan melihat ukurannya. bila pupil membesar, emosi si pemilik bola mata tersebut sedang bergejolak, entah dalam keadaan senang, antusias, sedang memikirkan sesuatu secara mendalam, atau sedih maupun marah. sedangkan pupil yang mengecil menandakan kondisi hati seseorang sedang dalam keadaan tenang atau normal.

itu pula mengapa mata dikatakan sebagai jendela hati. karena lubang hitam di dalam mata itu mengucapkan wacana hati tanpa aksara dan menandai kesadaran. tak heran bila sepasang kekasih tak bosan-bosannya saling berpandangan tanpa berkata-kata, karena kedua lubang hitam pada mata keduanya mengutarakan makna cinta yang dalam. dari hanya saling berpandangan itu, terasa tubuh keduanya ingin terus mendekat, merekat erat, bagai kutub utara dan selatan dari sebuah magnet.

magnet itu dipancarkan oleh mata. "serbuk magnetnya" menyebarkan cinta dari hati, yang kemudian bisa menular dan tertular dari yang lain. sifatnya timbal balik. untuk menenangkan hati sang buah hati, pasangan, sahabat, pasien atau orang lain, cukup dengan memandang kedua bola matanya dengan hati yang tulus penuh kasih. selain itu, hubungan dari hanya saling memandang ini dapat juga digunakan sebagai alat komunikasi dari hati ke hati antar sesama makhluk Allah. semua makhluk-Nya memiliki jiwa, ruh, dan hati. semuanya memiliki lubang hitam dalam raganya.

seperti yang difirmankan-Nya, "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi" (QS. Yunus/10:101). tengoklah di sekitar. makhluk Allah mana lagi yang memiliki lubang hitam? lubang hitam di dalam mata hewan-hewan. lubang hitam di dalam raga pepohonan, rerumputan, dan bunga-bunga. tengok di alam semesta. lubang hitam pada matahari (black hole sun), pada planet-planet lain, termasuk galaksi (supermassive black holes).

semua lubang hitam itu bermagnet. Gregg Braden dalam bukunya, Awakening to Zero Point, bahkan berpendapat, magnet tersebut membuat semesta dan seisinya berputar dan saling berkaitan. bisa jadi sudah saatnya usulan diberikan kepada NASA untuk meneliti bagaimana setiap lubang hitam yang ada di semesta bisa saling berkomunikasi demi kelangsungan hidup dan kebahagiaan masing-masing. itulah makna cinta dalam semesta yang sesungguhnya. setelah berhasil memperdengarkan lagu Across the Universe karangan the Beatles lewat satelit, lantunan ayat-ayat Allah di luar angkasa bisa dicoba.

jiwa makhluk Allah yang paling tulus, paling mengasih, paling mencinta, memiliki magnet terbesar. sedangkan yang Mahatulus, Mahapengasih, Mahapencinta, hanya Allah yang memiliki magnet Mahabesar. tak perlu heran bila Kubus Hitam itu, rumah-Nya, lubang hitam di planet Bumi, yang terletak di dalam Masjidil Haram, yang dibangun para malaikat sebelum manusia ada, dan dikembangkan oleh manusia pertama, Nabi Adam a.s., menjadi pusat magnet dari semua umat-Nya.

-------------------------------

tulisan ini saya buat untuk Majalah NooR edisi November 2008. 

Monday, August 13, 2012

hanya yang indah-indah di bulan yang terindah


kesibukan indera setiap harinya sangat tak sedikit.

tangan ini terus berkarya, mencipta, mengangkat barang berat, menggandeng orang-orang terkasih. mulut ini terus mengecap, mengunyah, berucap, berbicara banyak tema, dari politik, hiburan, hingga teknologi terkini. kaki ini terus melangkah dari rumah ke kantor, ke pasar, ke supermarket, ke mal, ke gerai kopi, ke restoran, ke rumah teman atau saudara. terus menginjak pedal gas membawa kendaraan berkilo-kilo meter jauhnya. kulit ini tersapu angin, tersengat sinar matahari, terkena debu ataupun angin buatan dari pendingin ruangan, tersentuh peluh orang lain di kendaraan umum. mata ini melihat tumpukan berkas pekerjaan, terpaku pada layar televisi, komputer, layar ini dan itu. memandang keindahan, kezaliman, dan kenyataan yang mengiris-iris hati. hidung ini mencium bau busuk sampah di jalanan, wewangian buatan di tempat-tempat yang hanya dikunjungi manusia berkelas.

itu baru indera. bagian tubuh yang terlihat. bagaimana dengan yang di dalam tubuh? setiap harinya saluran pencernaan dari tenggorokan hingga lambung dan usus terhunjami makanan dari yang sehat hingga yang serba instan, plus minuman baik air mineral, kopi, teh, hingga minuman bersoda. mata ini terkatup. tubuh tertidur. yang di dalam tubuh terus bekerja, terus mengeluarkan enzim. terus-menerus.

ketika kepenatan luar biasa sampai pada suatu titik puncak, fitrah ini kemudian memanggil. Sang Pencipta tak ingin manusia, makhluk ciptaan-Nya, rusak akibat kepenatan yang tak kuasa ditahannya. panggilan itu berkumandang pada bulan Ramadan. bulan mulia bagi umat manusia untuk melakukan penyucian diri. berpuasa, menahan godaan, menahan nafsu. seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, bahwa lawan manusia yang terbesar adalah nafsunya. Allah mengajak manusia untuk mendekatkan diri kepada-Nya di bulan suci ini. apa yang diperbuat hanya kebaikan dan menempelkan indera pada Alquran. tangan ini hanya memberi, memasak dengan doa untuk keluarga maupun sesama yang sedang berpuasa, serta memegang kitab suci. kaki ini melangkah ke tempat ibadah. mulut ini berzikir, memuja-muja-Nya, menyenandungkan firman-firman-Nya. sementara dari hidung, keluar dengungan senandung firman-Nya yang membuat benak terlena. mata ini membaca aksara Alquran, menatap buah hati maupun pasangan dengan cinta kasih yang dalam, serta memandangi langit sambil menengadahkan wajah, memanjatkan doa.

pada saat yang sama, ketika saluran pencernaan berhenti menerima asupan dari fajar hingga matahari tenggelam, seluruh organ pencernaan berkuasa penuh untuk membuang racun yang dihirup hidung manusia maupun yang diasup dari mulut dengan sendirinya. bagian dalam tubuh inilah yang mempunyai otoritas untuk menyucikan diri.

hanya yang indah-indah yang ada di bulan terindah. tiada kemiskinan, karena orang kaya ramai-ramai memberi. tiada kezaliman ataupun jerit tangis, karena setiap orang hanya shalat dan mengaji. belum lagi ada satu malam di dalamnya, malam maha indah, malam seribu bulan, dengan seluruh malaikat turun dari langit, membawa kepada-Nya doa-doa yang terpilih untuk dikabulkan.

seperti yang difirmankan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW bahwa segala ibadah adalah untuk manusia, tapi puasa hanya untuk-Nya. yang terpilih, yang lulus ujian, yang sukses melawan nafsunya, adalah yang berhasil menyucikan diri dan hati, putih bersih bak jiwa bayi yang baru lahir, yang berhasil mendekatkan diri kepada-Nya. karena jiwa yang putih dan bersih itu yang berhak kembali bersanding di sisi-Nya, yang meraih kemenangan.





Monday, May 28, 2012

tanah: sumber & tujuan untuk semua


Wendell Berry, seorang akademis, kritikus ekonomi dan budaya yang juga penulis dari Amerika ini dalam bukunya yang berjudul The Unsettling of America (1978) berkata, "Tanah merupakan penghubung terbesar dari kehidupan manusia, sumber dan tujuan untuk semua." Ya. Tuan Berry ini sama sekali tidak berlebihan.

Manusia cenderung melupakan karunia Allah yang satu ini. Manusia seringkali merasakan pentingnya udara dan air, tetapi lupa dengan apa yang dipijaknya. Tidak hanya sekedar lupa, tapi juga sering memaki-maki bila tubuh terkena tanah. Kotor, katanya.

Lapisan tipis yang menyelimuti bumi dan yang menjadi tempat bersemayamnya akar makhluk Allah berupa tumbuh-tumbuhan dan pepohonan sesungguhnya sangat istimewa. Bahkan keistimewaannya terpapar dalam Al-Qur'an.

Dalam surat al-Hajj ayat 5, Allah berfirman kelahiran manusia diciptakan dari tanah. Dalam ayat itu pula dikisahkan proses hujan, "...Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah." Poin kedua inilah yang kemudian terbukti secara ilmiah melalui penelitian seorang ilmuwan dari Inggris yang bernama Robert Brown (1827) mengenai tanah yang bergetar.

Brown menemukan bahwa ada tiga tahapan yang terjadi pada tanah setelah dibasahi air hujan. Tiga tahapan ini bisa dikaitkan dengan firman Allah yang dijelaskan sebelumnya:
  • "...hiduplah bumi itu..."; tahap pertama adalah bumi bergetar. Getaran tersebut disebabkan oleh terionisasinya partikel-partikel yang ada dalam tanah akibat terkena tetesan air hujan yang bergerak secara acak dan jatuh mengenai tanah di berbagai sisinya. Terionisasi secara positif karena jatuhnya aliran listrik. Terionisasi secara negatif karena kenaikan aliran listrik.
  • "...dan suburlah..."; tahap kedua adalah tahap penyerapan air. Partikel-partikel yang terbentuk pada lapisan-lapisan tanah tersebut menyerap air dan kemudian tumbuh membesar, sehingga tanah tersebut menyediakan air agar organisme dan bibit-bibit hidup.
  • "...dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah."; proses dimulainya pertumbuhan bibit menjadi tumbuh-tumbuhan yang indah adalah tahapan ketiga. Fertilisasi ini terjadi oleh karena tanah yang tadinya terlihat mati menjadi sesuatu yang hidup berkat kehadiran air dan akhirnya menyediakan kehidupan agar tumbuh-tumbuhan itu berkembang.
Hal inilah yang membuat tanah sebagai sumber kehidupan. Selain itu tanah juga merupakan tempat kembalinya tumbuh-tumbuhan tersebut. Ketika tumbuhan berkembang, matang, lalu membusuk, dan akhirnya gugur kembali ke tanah. Ada yang berguguran, ada pula yang tumbuh. Terus-menerus. Proses regenerasi ini yang membuat kehidupan ini terus berlangsung sesuai kehendak-Nya.

Ini berlaku bagi tubuh semua makhluk-Nya, termasuk manusia. Tubuh manusia diciptakan dari tanah, tumbuh, dan kemudian berkembang. Dari tahun ke tahun tubuh mencapai titik kematangannya. Setelah tua, ia pun renta. Akhirnya ketika ruh itu berpulang, tubuh tertanam kembali ke tanah. Tanah menjadi tujuan kehidupan di dunia bagi semuanya.








bertemu jodoh

Suatu hari saya pernah diminta seorang narasumber untuk bertemu dengannya di stasiun TV di daerah Kedoya, Jakarta Barat. Suatu perminta...

© the mind reads, the heart speaks
Maira Gall