Sunday, July 2, 2023

bertemu jodoh


Suatu hari saya pernah diminta seorang narasumber untuk bertemu dengannya di stasiun TV di daerah Kedoya, Jakarta Barat. Suatu permintaan yang cukup sulit mengingat kantor saya di Pulogadung, rumah saya di Kalibata. Bagi saya, Kalibata-Kedoya masih lebih masuk akal ketimbang Pulogadung-Kedoya. Dan akan lebih masuk akal lagi bila saya menempuh jarak kedua tempat itu di hari apa saja kecuali Jumat.

Masalahnya adalah hari itu adalah hari Jumat. Hari yang seharusnya diagungkan, tetapi menjadi sebuah waktu yang teramat menakutkan bagi seorang pengendara kendaraan bermotor. Dan kalimat TGIF atau 'terima kasih Tuhan, sekarang hari Jumat' terdengar sangat konyol. Lebih masuk akal kalimat itu diubah menjadi 'ya Tuhan, sekarang hari Jumat?? Aaarrrgggghhh!!!' Sepertinya saya mulai berlebihan. Ya, orang itu minta saya bertemu dengannya hari Jumat...sore pula. Pada saat saya mendengar kabar itu yang ada di benak saya hanya ada kata 'jauuuh' dan 'maceeet' menggaung. Saya belum melangkah, apalagi masuk mobil, tapi rasanya sudah capek duluan.

Tapi tiba-tiba saya teringat kata nenek saya bahwa bila bertemu jodoh, pasti semuanya akan dilapangkan oleh-Nya. termasuk dalam proses pertemuan maupun pendekatannya. Saya rasa ini mungkin juga berlaku dengan bertemu narasumber. Kalau memang hari ini saya 'berjodoh' untuk bertemu dengannya, segala sesuatunya pasti dilapangkan.

Ya bolehlah saya berprasangka seperti itu..demi menyenangkan hati. Habis gimana? Seperti tiada pilihan. Narasumber ini susah ditemui. Dan dia hanya bisa ketemu hari itu dan di tempat itu. Dan saya dibayar untuk ketemu dia. Sudahlah...tiada alasan untuk menolak.

Oke. Dengan modal keyakinan seperti itu, ditambah mengucapkan basmalah, plus menyiapkan kumpulan CD musik favorit bernada riang gembira penuh semangat, akhirnya saya berani juga melangkah dan menyusuri jalan.

Yak. Perjalanan dimulai. Sound system diaktifkan. Keluar dari corong speakernya satu lagu ceria. 5 menit sudah terlewati. Keluar lagi satu lagu riang...10 menit sudah terlewati. Dan saya sudah di jalan tol. Satu lagu penuh semangat keluar dan terlewati. 15 menit sudah. Dan ya...itu dia. Saya lihat tulisan berhuruf kapital besar-besar berwarna metalik nama stasiun TV tersebut di dinding kokoh nan tinggi di hadapan saya. Eh, tunggu sebentar. Jadi saya hanya melewati 3 lagu untuk sampai di situ? ya Tuhan...jalan-jalan yang saya lewati di hari itu kosong melompong. Saya sempat perkirakan sebelumnya paling mujur sampai di sana 1 jam kemudian. Tapi nyatanya, hanya butuh 15 menit. 15 menit saja!!

Bagi saya yang percaya dengan petanda, it is something. Bukan sebuah kebetulan belaka. Dan itu sudah pernah berkali-kali terjadi. Di kala saya merasa hendak menjalankan sebuah 'mission impossible', tapi bila Tuhan berkehendak, segalanya bisa terjadi. Itu membuat saya makin yakin akan adanya suratan takdir dan tangan-tangan Tuhan yang menggerakkan. Bila memang saya ditakdirkan untuk bertemu dengan seseorang kapanpun juga, maka Tuhan akan melapangkan jalan untuk saya. Sama seperti dengan bertemu jodoh. Itu artinya Beliau memberikan ijin-Nya. Restu-Nya. Ridha-Nya. Dan akhirnya keyakinan itu menjadi modal saya untuk melangkah kemanapun saya pergi atau merencanakan apapun juga. Bahwa manusia bisa punya rencana, tetapi in the end, hanya Tuhan yang menentukan.

Demikian juga sebaliknya. Bila kita merasa akan melakukan yang terkesan mudah atau sepele, Tuhan tidak memberi restu-Nya, maka segalanya tidak akan terjadi. That's the way it is...

yang sejenis (for the singles only...)

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (QS Ar-Ruum: 21)

Saya selalu terhenyak ketika membaca firman Allah yang satu ini. Firman yang selalu ditulis di tiap kartu undangan ini benar-benar membuat benak ini terus bertanya-tanya. Kata-kata "pasangan dari jenismu sendiri" itu. Apa maksudnya?

Dulu seringkali saya heran mengapa firman yang satu ini selalu tertera di kartu undangan pernikahan pasangan muslim. Seperti manusia cuek lainnya, perasaan yang muncul dari batin baru sebatas heran. Bukannya penasaran untuk mendalaminya. Setiap membaca kartu undangan pernikahan, yang saya baca hanyalah nama pasangan beruntung yang akhirnya menikah, tempat dan tanggal kapan mereka menikah, sambil membayangkan bentuk pelaminan mereka dan busana apa yang pantas saya kenakan kala bertandang. Keberadaan firman yang satu itu tidak mendapat perhatian utama.

Sampai pada akhirnya ketika saya tersandung dalam pernikahan pertama, saya mulai mencoba memaknai arti firman Tuhan yang satu itu. Simply karena saya yakin dari firman itu, sesungguhnya keberadaan jodoh tersebut ditunjukkan oleh-Nya. Simply karena saya tidak mau tersandung untuk kedua kalinya.

"Pasangan". Apabila Tuhan mengatakan pasangan, artinya laki-laki haruslah bersanding dengan perempuan. Seperti makhluk Tuhan lainnya. Yang jantan berpasangan dengan yang betina.

"Dari jenismu sendiri". Ini yang membuat saya bingung. Jenisku sendiri itu apa?

Yang selalu saya yakini adalah berpasangan haruslah dengan yang berkeyakinan sama. Jadi, apabila saya beragama Islam, maka pasangan saya juga harus beragama Islam. Itu pastinya arti dari sejenis. Punya keyakinan yang sama. Punya interpretasi atau penafsiran yang sama terhadap firman-firman-Nya. Yakin akan Yang Mahaagung dengan cara atau ritual yang sama kala menyanjung-Nya.

Sejenis yang lain. Yang saya tahu orang-orang yang sejenis dengan saya adalah orang-orang yang punya hobi, minat ataupun kesukaan yang sama dengan saya. Contohnya saja para sahabat. Kami sama-sama suka membaca buku, suka mengobrol ngalor-ngidul, senang nonton film di bioskop, dan juga menyukai jenis musik yang sama. Chemistry itu ada pada orang-orang yang sejenis. Orang-orang yang sejenis cenderung bergabung dalam satu kelompok. Satu lingkaran persahabatan.

Tidak hanya itu. Saya percaya yang sejenis itu adalah orang yang tingkat intelektualitasnya sama. Ngobrol nyambung, bercanda nyambung. Semua serba nyambung. Serba "click". Bukannya "tulalit". Yang satu maksudnya bercanda, tetapi yang lainnya malah bengong. Yang lainnya itu kemudian bilang dalam hati, "gak lucu lo!"

Kalau memang demikian, jelas pula dengan kata-kata "...supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya." Orang yang sejenis, yang serba nyambung, tentu saja akan menjadikan hati ini lebih tenteram. Bayangkan saja apabila diri ini punya satu pendapat, dan dia ternyata punya pendapat yang sama, tentulah hati ini merasa tenang dan tenteram karena nyatanya diri ini punya pendukung. Jelas sudah jodoh itu ada di dalam lingkaran persahabatan. Di dalam komunitas yang sama. Sosok yang selalu mendukung setiap langkah dan menyemangati setiap keputusan yang diambil. Sosok yang bisa menerima diri ini apa adanya. Bukannya yang menjadi penghalang atau penentang. Bukannya yang mematikan jiwa. Bukannya yang selalu menertawakan kelemahan. Bukannya yang senang di kala hati ini sedih atau yang sedih di kala hati ini senang.

Ada satu petunjuk lagi yang membuat hati ini semakin jatuh cinta pada Yang Mahamengetahui. "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian dari mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain" (At-Taubah/9:71). Jelas pula bahwa keberadaan sepasang manusia bukanlah untuk saling berkompetisi, tetapi saling bekerja sama. Menolong satu sama lain. Yang satu kelelahan, yang lain merangkulnya. Yang satu sedang merasa pilu, yang lainnya menjadi lentera. Yang satu sedang marah, yang lainnya menjadi penyejuk. Yang satu butuh dilindungi, yang lain melindungi. Isn't that a beauty?

Jodoh itu sudah ada di sekitar kita. Jadi tidak perlu dicari. Tinggal gunakan intuisi untuk menemukannya. Dengan membaca tanda-tanda-Nya melalui panca indera dan kemudian rasakan dalam hati, siapa di antara sahabat itu yang paling jujur dan memperlakukan hati ini bagai pualam. Saya yakin apabila yang sejenis sudah ditemukan, chemistry itu, aliran listrik itu, bara api cinta dalam hati itu, tidak akan pernah padam. Karena selalu terpantik oleh kesamaan hati, kesamaan cita rasa, kesamaan pandangan dan visi misi hidup, bahkan dengan argumen yang memperkaya jiwa di berbagai hal yang akan ada dalam kehidupan pasangan sepanjang masa.

bertemu jodoh

Suatu hari saya pernah diminta seorang narasumber untuk bertemu dengannya di stasiun TV di daerah Kedoya, Jakarta Barat. Suatu perminta...

© the mind reads, the heart speaks
Maira Gall