Monday, August 13, 2012

hanya yang indah-indah di bulan yang terindah


kesibukan indera setiap harinya sangat tak sedikit.

tangan ini terus berkarya, mencipta, mengangkat barang berat, menggandeng orang-orang terkasih. mulut ini terus mengecap, mengunyah, berucap, berbicara banyak tema, dari politik, hiburan, hingga teknologi terkini. kaki ini terus melangkah dari rumah ke kantor, ke pasar, ke supermarket, ke mal, ke gerai kopi, ke restoran, ke rumah teman atau saudara. terus menginjak pedal gas membawa kendaraan berkilo-kilo meter jauhnya. kulit ini tersapu angin, tersengat sinar matahari, terkena debu ataupun angin buatan dari pendingin ruangan, tersentuh peluh orang lain di kendaraan umum. mata ini melihat tumpukan berkas pekerjaan, terpaku pada layar televisi, komputer, layar ini dan itu. memandang keindahan, kezaliman, dan kenyataan yang mengiris-iris hati. hidung ini mencium bau busuk sampah di jalanan, wewangian buatan di tempat-tempat yang hanya dikunjungi manusia berkelas.

itu baru indera. bagian tubuh yang terlihat. bagaimana dengan yang di dalam tubuh? setiap harinya saluran pencernaan dari tenggorokan hingga lambung dan usus terhunjami makanan dari yang sehat hingga yang serba instan, plus minuman baik air mineral, kopi, teh, hingga minuman bersoda. mata ini terkatup. tubuh tertidur. yang di dalam tubuh terus bekerja, terus mengeluarkan enzim. terus-menerus.

ketika kepenatan luar biasa sampai pada suatu titik puncak, fitrah ini kemudian memanggil. Sang Pencipta tak ingin manusia, makhluk ciptaan-Nya, rusak akibat kepenatan yang tak kuasa ditahannya. panggilan itu berkumandang pada bulan Ramadan. bulan mulia bagi umat manusia untuk melakukan penyucian diri. berpuasa, menahan godaan, menahan nafsu. seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, bahwa lawan manusia yang terbesar adalah nafsunya. Allah mengajak manusia untuk mendekatkan diri kepada-Nya di bulan suci ini. apa yang diperbuat hanya kebaikan dan menempelkan indera pada Alquran. tangan ini hanya memberi, memasak dengan doa untuk keluarga maupun sesama yang sedang berpuasa, serta memegang kitab suci. kaki ini melangkah ke tempat ibadah. mulut ini berzikir, memuja-muja-Nya, menyenandungkan firman-firman-Nya. sementara dari hidung, keluar dengungan senandung firman-Nya yang membuat benak terlena. mata ini membaca aksara Alquran, menatap buah hati maupun pasangan dengan cinta kasih yang dalam, serta memandangi langit sambil menengadahkan wajah, memanjatkan doa.

pada saat yang sama, ketika saluran pencernaan berhenti menerima asupan dari fajar hingga matahari tenggelam, seluruh organ pencernaan berkuasa penuh untuk membuang racun yang dihirup hidung manusia maupun yang diasup dari mulut dengan sendirinya. bagian dalam tubuh inilah yang mempunyai otoritas untuk menyucikan diri.

hanya yang indah-indah yang ada di bulan terindah. tiada kemiskinan, karena orang kaya ramai-ramai memberi. tiada kezaliman ataupun jerit tangis, karena setiap orang hanya shalat dan mengaji. belum lagi ada satu malam di dalamnya, malam maha indah, malam seribu bulan, dengan seluruh malaikat turun dari langit, membawa kepada-Nya doa-doa yang terpilih untuk dikabulkan.

seperti yang difirmankan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW bahwa segala ibadah adalah untuk manusia, tapi puasa hanya untuk-Nya. yang terpilih, yang lulus ujian, yang sukses melawan nafsunya, adalah yang berhasil menyucikan diri dan hati, putih bersih bak jiwa bayi yang baru lahir, yang berhasil mendekatkan diri kepada-Nya. karena jiwa yang putih dan bersih itu yang berhak kembali bersanding di sisi-Nya, yang meraih kemenangan.





bertemu jodoh

Suatu hari saya pernah diminta seorang narasumber untuk bertemu dengannya di stasiun TV di daerah Kedoya, Jakarta Barat. Suatu perminta...

© the mind reads, the heart speaks
Maira Gall