Suatu hari saya pernah diminta seorang narasumber untuk bertemu dengannya di stasiun TV di daerah Kedoya, Jakarta Barat. Suatu permintaan yang cukup sulit mengingat kantor saya di Pulogadung, rumah saya di Kalibata. Bagi saya, Kalibata-Kedoya masih lebih masuk akal ketimbang Pulogadung-Kedoya. Dan akan lebih masuk akal lagi bila saya menempuh jarak kedua tempat itu di hari apa saja kecuali Jumat.
Masalahnya adalah hari itu adalah hari Jumat. Hari yang seharusnya diagungkan, tetapi menjadi sebuah waktu yang teramat menakutkan bagi seorang pengendara kendaraan bermotor. Dan kalimat TGIF atau 'terima kasih Tuhan, sekarang hari Jumat' terdengar sangat konyol. Lebih masuk akal kalimat itu diubah menjadi 'ya Tuhan, sekarang hari Jumat?? Aaarrrgggghhh!!!' Sepertinya saya mulai berlebihan. Ya, orang itu minta saya bertemu dengannya hari Jumat...sore pula. Pada saat saya mendengar kabar itu yang ada di benak saya hanya ada kata 'jauuuh' dan 'maceeet' menggaung. Saya belum melangkah, apalagi masuk mobil, tapi rasanya sudah capek duluan.
Tapi tiba-tiba saya teringat kata nenek saya bahwa bila bertemu jodoh, pasti semuanya akan dilapangkan oleh-Nya. termasuk dalam proses pertemuan maupun pendekatannya. Saya rasa ini mungkin juga berlaku dengan bertemu narasumber. Kalau memang hari ini saya 'berjodoh' untuk bertemu dengannya, segala sesuatunya pasti dilapangkan.
Ya bolehlah saya berprasangka seperti itu..demi menyenangkan hati. Habis gimana? Seperti tiada pilihan. Narasumber ini susah ditemui. Dan dia hanya bisa ketemu hari itu dan di tempat itu. Dan saya dibayar untuk ketemu dia. Sudahlah...tiada alasan untuk menolak.
Oke. Dengan modal keyakinan seperti itu, ditambah mengucapkan basmalah, plus menyiapkan kumpulan CD musik favorit bernada riang gembira penuh semangat, akhirnya saya berani juga melangkah dan menyusuri jalan.
Yak. Perjalanan dimulai. Sound system diaktifkan. Keluar dari corong speakernya satu lagu ceria. 5 menit sudah terlewati. Keluar lagi satu lagu riang...10 menit sudah terlewati. Dan saya sudah di jalan tol. Satu lagu penuh semangat keluar dan terlewati. 15 menit sudah. Dan ya...itu dia. Saya lihat tulisan berhuruf kapital besar-besar berwarna metalik nama stasiun TV tersebut di dinding kokoh nan tinggi di hadapan saya. Eh, tunggu sebentar. Jadi saya hanya melewati 3 lagu untuk sampai di situ? ya Tuhan...jalan-jalan yang saya lewati di hari itu kosong melompong. Saya sempat perkirakan sebelumnya paling mujur sampai di sana 1 jam kemudian. Tapi nyatanya, hanya butuh 15 menit. 15 menit saja!!
Bagi saya yang percaya dengan petanda, it is something. Bukan sebuah kebetulan belaka. Dan itu sudah pernah berkali-kali terjadi. Di kala saya merasa hendak menjalankan sebuah 'mission impossible', tapi bila Tuhan berkehendak, segalanya bisa terjadi. Itu membuat saya makin yakin akan adanya suratan takdir dan tangan-tangan Tuhan yang menggerakkan. Bila memang saya ditakdirkan untuk bertemu dengan seseorang kapanpun juga, maka Tuhan akan melapangkan jalan untuk saya. Sama seperti dengan bertemu jodoh. Itu artinya Beliau memberikan ijin-Nya. Restu-Nya. Ridha-Nya. Dan akhirnya keyakinan itu menjadi modal saya untuk melangkah kemanapun saya pergi atau merencanakan apapun juga. Bahwa manusia bisa punya rencana, tetapi in the end, hanya Tuhan yang menentukan.
Demikian juga sebaliknya. Bila kita merasa akan melakukan yang terkesan mudah atau sepele, Tuhan tidak memberi restu-Nya, maka segalanya tidak akan terjadi. That's the way it is...